19.4.12

Tanah Lot, Tabanan-Bali

Satu lagi icon Bali, Tanah Lot. Pura yang berada di pinggir laut ini banyak menginpirasi para pelukis maupun fotografer untuk mengabadikan keeksotisan Pura ini. tidak hanya itu, keindahan pura ini banyak tercetak di kaos, baju, tas ataupun aneka suvenir lainnya. Jika kamu ada di sana maka kamu tidak akan membantah pendapat bahwa Pura Tanah Lot memang benar benar indah.
Saat senja datang air laut mengelilingi pura ini, seolah pura ini berada di tengah laut. Namun di pagi hari sampai siang kita bisa berada di sekitar pura bahkan berada di bawah persis tanah yang berongga penyangga pura. Wuihhh... tidak bisa di bayangkan betapa kagumnya melihat keindahan alam yang satu ini. Tidak jauh dari Pura ini ada ular ular yang di anggap suci berada di rongga tebing tepat di seberang Pura yang di jaga oleh penduduk setempat. setahuku cuma ada dua ekor aja sih, berwarna belang belang hitam dan putih.
Selain pura Tanah Lot, juga ada pura lain di dekat sana, yakni pura Batu Bolong. Pura yang berada di atas tebing dan berlobang hingga air laut bebas keluar masuk melewati lobang tebing tersebut. Jika dari pintu gerbang menuju pura Tanah Lot, kita belok ke kanan menaiki taman yang agak menanjak dan akan terlihat pura Batu Bolong.  Menjelang sore hari semakin banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan sunset/matahari terbenam. Seperti biasa, di area wisata pasti banyak orang jualan suvenir, restoran dan para pedagang lain. Makanya jika ada teman atau keluarga ke Bali untuk wisata pasti ku sempatkan untuk mengunjungi pura yang satu ini.
Konon ceritanya pura Tanah Lot ini di bangun oleh seorang pendeta Hindu dari jawa pada era kerajaan Majapahit ( abad 15 ) yang bernama Dang Hyang Dwijendra atau juga di sebut Dang Hyang Nirarta. Saat itu  raja yang berkuasa di Bali adalah Raja Dalem Waturenggong, seperti yang di ceritakan dalam buku " Pura Luhur Tanah Lot di Sagara Kidul " oleh drs. Ngurah Oka Supartha. Di Lombok begaan Dwi Jendra ini di kenal dengan Tuan Semeru ( nama gunung di Jawa Timur ). Dwijendra ini menyebarkan agama Hindu sampai pelosok pelosok Bali dan banyak membangun tempat tempat suci. Pada saat dia melakukan darma yatra di Rambut Siwi, beliau melihat sinar suci dari arah tenggara kemudian beliau mengikutinya dan menemukan sumber sinar itu adalah mata air. Tidak jauh dari mata air itu beliau melihat batu karang berbentuk burung beo yang di kenal dengan " Gili Beo ". Kemudian dia mendirikan tempat untuk meditasi dan pemujaan pada dewa laut.

Setelah itu beliau mulai menyebarkan ajaran agama Hindu pada penduduk setempat di daerah Beraban   yang saat itu masih menganut monotheisme. Di karenakan banyaknya orang yang tertarik dengan ajarannya, maka bendesa Beraban erniat mengusir Dang Hyang Dwijendra dan menyerang bersama pengikutnya. Dengan kekuatan gaibnya, Dang Hyang Dwijendra memindahkan batu karang tempatnya bersemedi ke tengah laut untuk menahan serangan Bendesa beraban bersama pengikutnya. Tidak hanya itu dia juga menciptakan banyak ular dengan slendangnya untuk menjaga tempat semedi itu. Kemudian dia memberi nama batu karang besar tersebut dengan nama " Tengah Lot " yang berarti tanah di tengah laut.Akhirnya Bendesa Beraban mengakui kelebihan Dang Hyang Dwijendra ini dan menjadi pengikutnya bersama seluruh penduduk setempat.
Sebelum Dang Hyang DwiJendra meninggalkan tempat tersebut, dia meninggalkan keris sakti yang bernama " Ki Baru Gajah " kepada bendesa Beraban. Keris itu begitu di keramatkan oleh penduduk setempat yang sekarang distanakan di puri Kediri dan i upacarai tiap hari raya Kuningan dengan berjalan 11 kilometer pulang pergi menuju pura luhur Pakendungan yang berjarak 00 meter dari pura Tanah Lot. Sedang piodalan/upacara di pura tanah Lot di lakukan 210 hari sekali pada Buda Wage Langkir sesuai penanggalan Bali.


Ok itu sedikit info cerita tentang terjadinya Tanah Lot dan nilai untuk tempat wisata ini sempurna yakni A. Dan foto di sebelah kiri ini adalah diriku bersama para anggota teamku dari cabang Duta Plaza. Berfoto dengan background pura Tanah Lot. Kanan - kiri : Ike, Heni, Evi, Misbah, Erna, Dewi/urutan kedua dari depan, Somali, Ben/aku, Arsa dan paling belakang Agus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar