Satu lagi icon Bali, Tanah Lot. Pura yang berada di pinggir laut ini
banyak menginpirasi para pelukis maupun fotografer untuk mengabadikan
keeksotisan Pura ini. tidak hanya itu, keindahan pura ini banyak
tercetak di kaos, baju, tas ataupun aneka suvenir lainnya. Jika kamu ada
di sana maka kamu tidak akan membantah pendapat bahwa Pura Tanah Lot
memang benar benar indah.
Saat senja datang air laut mengelilingi pura ini, seolah pura ini berada
di tengah laut. Namun di pagi hari sampai siang kita bisa berada di
sekitar pura bahkan berada di bawah persis tanah yang berongga penyangga
pura. Wuihhh... tidak bisa di bayangkan betapa kagumnya melihat
keindahan alam yang satu ini. Tidak jauh dari Pura ini ada ular ular
yang di anggap suci berada di rongga tebing tepat di seberang Pura yang
di jaga oleh penduduk setempat. setahuku cuma ada dua ekor aja sih,
berwarna belang belang hitam dan putih.
Selain pura Tanah Lot, juga ada pura lain di dekat sana, yakni pura Batu Bolong. Pura yang berada di atas tebing dan berlobang hingga air laut bebas keluar masuk melewati lobang tebing tersebut. Jika dari pintu gerbang menuju pura Tanah Lot, kita belok ke kanan menaiki taman yang agak menanjak dan akan terlihat pura Batu Bolong. Menjelang sore hari semakin banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan sunset/matahari terbenam. Seperti biasa, di area wisata pasti banyak orang jualan suvenir, restoran dan para pedagang lain. Makanya jika ada teman atau keluarga ke Bali untuk wisata pasti ku sempatkan untuk mengunjungi pura yang satu ini.
Setelah itu beliau mulai menyebarkan ajaran agama Hindu pada penduduk setempat di daerah Beraban yang saat itu masih menganut monotheisme. Di karenakan banyaknya orang yang tertarik dengan ajarannya, maka bendesa Beraban erniat mengusir Dang Hyang Dwijendra dan menyerang bersama pengikutnya. Dengan kekuatan gaibnya, Dang Hyang Dwijendra memindahkan batu karang tempatnya bersemedi ke tengah laut untuk menahan serangan Bendesa beraban bersama pengikutnya. Tidak hanya itu dia juga menciptakan banyak ular dengan slendangnya untuk menjaga tempat semedi itu. Kemudian dia memberi nama batu karang besar tersebut dengan nama " Tengah Lot " yang berarti tanah di tengah laut.Akhirnya Bendesa Beraban mengakui kelebihan Dang Hyang Dwijendra ini dan menjadi pengikutnya bersama seluruh penduduk setempat.
Sebelum Dang Hyang DwiJendra meninggalkan tempat tersebut, dia meninggalkan keris sakti yang bernama " Ki Baru Gajah " kepada bendesa Beraban. Keris itu begitu di keramatkan oleh penduduk setempat yang sekarang distanakan di puri Kediri dan i upacarai tiap hari raya Kuningan dengan berjalan 11 kilometer pulang pergi menuju pura luhur Pakendungan yang berjarak 00 meter dari pura Tanah Lot. Sedang piodalan/upacara di pura tanah Lot di lakukan 210 hari sekali pada Buda Wage Langkir sesuai penanggalan Bali.
Ok itu sedikit info cerita tentang terjadinya Tanah Lot dan nilai untuk tempat wisata ini sempurna yakni A. Dan foto di sebelah kiri ini adalah diriku bersama para anggota teamku dari cabang Duta Plaza. Berfoto dengan background pura Tanah Lot. Kanan - kiri : Ike, Heni, Evi, Misbah, Erna, Dewi/urutan kedua dari depan, Somali, Ben/aku, Arsa dan paling belakang Agus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar